4 Perusahaan yang Retak karena Konflik Keluarga

4 Perusahaan yang Retak karena Konflik Keluarga

Pilaris, mencari mitra bisnis memang merupakan suatu tantangan tersendiri. Jika kalian bermitra dengan orang asing, maka hubungan kalian akan terjamin dapat selalu profesional. Namun di sisi lain, akan lebih sulit untuk menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada orang tersebut. Sedangkan, jika kalian membangun bisnis dengan anggota keluarga, maka tentu saja Pilaris akan lebih mudah mempercayai keluarga kalian. Sayangnya, banyak pula kasus bisnis yang mengalami keretakan karena adanya konflik keluarga!

Puma dan Adidas

4 Perusahaan yang Retak karena Konflik Keluarga

© Selera.id

Dua brand sepatu yang sangat terkenal ini awalnya merupakan satu perusahaan yang sama, lho! Kakak beradik Adolf dan Rudolf Dassler awalnya mendirikan perusahaan sepatu Gebrüder Dassler Schuhfabrik di kota Herzogenaurach, Jerman, pada tahun 1924. Produk mereka menjadi populer setelah atlet lari Amerika Serikat, Jesse Owens, menggunakan sepatu tersebut dan berhasil memenangkan kompetisi lari pada Olimpiade Berlin 1936. Selama Perang Dunia 2, Gebrüder Dassler Schuhfabrik berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi 100 orang. Namun sayangnya, konflik personal antara Adolf dan Rudolf membuat keduanya pecah kongsi pada tahun 1948. Rudolf Dassler mendirikan perusahaan yang bernama Ruda, sebelum pada akhirnya berganti nama menjadi Puma. Sementara Adolf, yang biasa disapa Adi, mematenkan merk Adidas pada tahun 1949.

Gucci

4 Perusahaan yang Retak karena Konflik Keluarga

© V&A Waterfront

Brand aksesoris dan pakaian ternama Gucci didirikan oleh Keluarga Gucci pada abad ke-15. Namun, merk Gucci yang Pilaris kenal sekarang sebenarnya merupakan hasil paten Guccio Gucci pada tahun 1906. Kesuksesan tersebut terus berlanjut ketika kedua anak Guccio, Aldo dan Rodolfo, mengambil alih perusahaan keluarga tersebut. Sayangnya, Gucci diterpa konflik yang dimulai oleh anak Aldo, Paolo Gucci. Paolo menuntutut Aldo dan beberapa anggota keluarga Gucci lainnya. Di saat bersamaan, Keluarga Gucci juga mengajukan tuntutan kepada Paolo, yang merupakan seorang desainer, yang melarangnya untuk menggunakan produk Gucci dalam rancangannya. Meskipun konflik ini pada akhirnya selesai secara damai pada tahun 1980, konflik ini menyebabkan keretakan lebih jauh karena setiap anggota keluarga Gucci berusaha untuk mengambil alih perusahaan. Pada akhirnya, Keluarga Gucci sepakat menjual 50% sahamnya ke sebuah perusahaan investasi asal Timur Tengah pada tahun 1988.

Ayam Goreng Suharti

4 Perusahaan yang Retak karena Konflik Keluarga

© Tribun Wiki

Yep, tidak hanya perusahaan asing saja yang retak akibat konflik keluarga, tetapi juga ada bisnis makanan terkenal asal Indonesia, lho! Bisnis ini awalnya dirintis oleh Suharti dengan suaminya, menggunakan resep dan nama Mbok Berek yang juga merupakan salah seorang keluarga Suharti. Beberapa tahun setelah memulai bisnis, Suharti pada akhirnya menggunakan namanya sendiri, dan mencapai kesuksesan besar. Namun sayangnya, suami Suharti membawa lari seluruh keuntungan usaha dan mengakuisisi seluruh cabang yang sudah dibuka di berbagai kota di Indonesia. Meskipun demikian, Suharti memutuskan untuk membuka kembali gerai ayam gorengnya di Semarang pada tahun 1991. Keputusan ini membuat Ayam Goreng Suharti tetap menjadi menu ayam goreng favorit masyarakat Indonesia.

Ambani Group

4 Perusahaan yang Retak karena Konflik Keluarga

© Opportunity Cell

Konflik antara kakak-beradik yang juga merupakan orang terkaya di India sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu, lho! Konflik ini bermula ketika pendiri Reliance Group yang merupakan ayah dari Mukesh dan Anil Ambani, meninggal dunia pada tahun 2002 tanpa menuliskan surat wasiat. Hal ini menyebabkan Mukesh dan Anil berseteru dan memecah perusahaan milik ayahnya. Mukesh menjalankan Reliance Industries sedangkan Anil memimpin Anil Dhirubhai Ambani Group. Meskipun demikian, pemisahan ini malah menyebabkan perang harga, lho! Bahkan, perang harga tersebut sampai menghentikan banyak pasokan listrik di sebagian besar India bagian utara. Untuk menghindari konflik yang semakin berlarut-larut, Mukesh dan Anil pada akhirnya menandatangani perjanjian pada Januari 2006 yang menetapkan bahwa mereka tidak akan saling menganggu lini bisnis masing-masing. Reliance Industries juga sepakat untuk tidak masuk ke sektor gas untuk listrik sampai 31 Maret 2022. Perjanjian ini kemudian dilanjutkan dengan penyelesaian konflik secara damai pada tahun 2010.

Memilih mitra bisnis memang sulit, semua pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing. Oleh karena itu, Pilaris harus benar-benar memperhatikan segala aspek sebelum menjalin kemitraan bisnis, ya! Kalian bisa simak tips lainnya yang harus diperhatikan agar Pilaris bisa mengelola usaha kalian dengan baik di Pilar Asia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Main Menu

Chat kami untuk penawaran terbaik