
Menjelang mulai masuknya banyak perusahaan setelah libur panjang Lebaran, pasti mulai banyak dari Pilaris yang menggunakan jasa ojek
online atau ojol untuk berangkat kerja. Dari berbagai aplikasi, memang dua jenis ojol menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia, yaitu Grab dan Gojek. Tapi, Pilaris tahu tidak, bahwa sebenarnya ada banyak lagi aplikasi ojol yang beroperasi di Indonesia? Selain Maxim yang kini juga mulai diminati banyak orang, ada banyak aplikasi yang
telah bangkrut dan berhenti beroperasi karena berbagai hal. Mulai dari kekurangan modal hingga kalah saing, berikut beberapa aplikasi ojol yang bangkrut di Indonesia!
Uber
Yap, mungkin Pilaris agak kaget melihat aplikasi satu ini berada dalam daftar. Memang, Uber merupakan aplikasi ojol yang pertama kali muncul. Mulai beroperasi di Amerika Serikat pada tahun 2009, Uber dengan cepat berkembang dan memiliki basis pelanggan yang besar. Karena berhasil mencapai kesuksesan di Amerika Serikat, perusahaan ini kemudian berupaya untuk melebarkan pasar ke wilayah Asia Tenggara, termasuk di Indonesia! Sayangnya, Uber tidak memiliki kesuksesan yang sama di Indonesia. Pada tahun 2018, Uber akhirnya
menjual perusahaannya kepada Grab. Meskipun demikian, Uber tetap memiliki kepemilikan saham sebesar 27,5%.
LadyJek
Mengingat salah satu permasalahan yang banyak dialami oleh kaum perempuan di transportasi umum adalah merasa tidak aman, LadyJek muncul untuk mengatasi masalah tersebut! Aplikasi ojol satu ini merupakan ojek
online dengan pengemudi perempuan dan hanya melayani penumpang perempuan juga. Banyak masyarakat yang mendukung aplikasi ini. Bahkan, LadyJek sempat memiliki lebih dari 3.300 orang pengemudi, lho! Sayangnya, aplikasi LadyJek sering mengalami kendala berupa
bug. LadyJek juga mengalami kerugian dari perang tarif dengan para pesaingnya, serta
keterbatasan modal yang memaksa mereka untuk berhenti beroperasi.
Blu-jek
Berbeda dengan LadyJek yang memiliki warna tema pink dan Grab serta Gojek yang memiliki warna tema hijau, Blu-jek menggunakan warna tema biru, sesuai dengan namanya. Saat masih beroperasi di Indonesia, Blu-jek bahkan dianggap sebagai salah satu kompetitor terbesar Gojek, karena jumlah pengemudinya yang besar. Sayangnya, Blu-jek sudah berhenti beroperasi sejak tahun 2016.
Situs resmi perusahaan hingga kini berada dalam status
maintenance, sedangkan akun media sosialnya telah berhenti di-
update sejak Desember 2015. Banyak yang berasumsi bahwa penyebab Blu-jek bangkrut adalah perang tarif dengan para pesaingnya, terutama dengan Gojek yang memiliki banyak promosi.
Call Jack
Berbeda dengan aplikasi ojol lain yang menggunakan harga yang telah ditetapkan di awal, Call Jack merupakan aplikasi ojol pertama yang menggunakan argometer di Indonesia. Merupakan
perusahaan ojol lokal asal Yogyakarta, Call Jack merupakan kompetitor utama dari Gojek di daerah tersebut sejak tahun 2010. Call Jack sendiri memiliki berbagai kesuksesan, salah satunya sebagai
Best Public Service dari
Inspiring Business Variety Award 2012. Sayangnya, setelah lima tahun beroperasi, Call Jack menjadi aplikasi ojol lainnya yang terpaksa bangkrut karena kalah bersaing.
TopJek
Jika Gojek dan Grab merupakan aplikasi yang banyak menawarkan berbagai promo, TopJek merupakan aplikasi ojol yang memiliki
tarif murah tanpa harus menggunakan promo. Selain itu, saat masih beroperasi TopJek juga memiliki keunggulan berupa fitur
chat room yang saat itu belum dimiliki oleh kompetitornya. Berbeda dengan aplikasi ojol lain yang berlomba-lomba menarik banyak pengemudi, TopJek lebih mengutamakan kualitas dibandingkan dengan kuantitas. Bahkan, perusahaan membatasi jumlah total pengemudinya yang hanya sebanyak 10.000 orang, lho! Seleksi untuk menjadi pengemudi di TopJek juga sangat ketat, agar penumpang mendapatkan pelayanan yang maksimal. Sayangnya, strategi tersebut juga tidak dapat menyelamatkan TopJek dari kebangkrutan.
Dari kelima aplikasi ojol yang bangkrut di atas, dapat Pilaris lihat bahwa meskipun memiliki inovasi yang bagus, sangat penting bagi suatu bisnis untuk tetap berupaya untuk berkembang dan menyesuaikan dengan strategi kompetitor. Kalau kalian mengabaikan kompetitor kalian, maka besar potensi untuk bangkrut dan berhenti beroperasi!
Jika kalian masih ingin tau lebih lanjut soal tips terkait franchise lainnya, kalian bisa membaca semuanya di Pilar Asia!