
Sebagai seorang pengusaha, Pilaris diharapkan untuk belajar tidak hanya dari cerita kesuksesan orang lain. Kalian juga harus mampu belajar dari
kegagalan yang dialami oleh sesama pengusaha. Dari kegagalan tersebut, kalian akan dapat menarik pelajaran tentang apa saja yang sebaiknya kalian hindari dalam mengelola perusahaan. Nah, di tahun 2022 kemarin, ada beberapa perusahaan yang mengajukan bangkrut, melakukan PHK massal, maupun berhenti beroperasi karena berbagai
kendala finansial. Oleh karena itu, penting bagi Pilaris untuk mempelajari kesalahan-kesalahan yang ada dan berupaya untuk menghindari kesalahan yang serupa!
Fabelio
Startup yang bergerak di bidang furnitur ini pertama kali didirikan pada tahun 2015 dan ditetapkan pailit atau mengalami kebangkrutan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berdasarkan putusan Nomor 47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST. Berita ini mengejutkan banyak orang, sebab pada tahun 2020 lalu, Fabelio baru saja berhasil
mengumpulkan pendanaan sebesar $20 juta. Pada tahun 2021, sempat ramai berita dan petisi mengenai Fabelio yang telah berhenti membayar gaji karyawan dan vendor sejak bulan September. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab Fabelio mengajukan bangkrut kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Shopee
Nah, perusahaan yang satu ini memang sempat menjadi buah bibir masyarakat di tahun 2022 setelah mereka beberapa kali
melakukan PHK massal terhadap karyawannya. Pada Oktober 2022, Shopee dilaporkan melakukan PHK terhadap 3 persen dari total karyawannya, atau lebih dari 180 orang karyawan. Keputusan ini disebabkan oleh kerugian hingga $1 triliun yang dialami oleh perusahaan induk Shopee, Sea Ltd.
Revlon
Munculnya berbagai merk kosmetik milik selebriti papan atas ternyata membawa dampak buruk bagi Revlon. Perusahaan asal Amerika Serikat yang telah lama menguasai industri kosmetik ini kurang mampu bersaing dengan merk kosmetik milik selebriti. Selain itu, Revlon juga mengalami kendala rantai pasok yang menghambat proses produksi. Pada tahun 2022, Revlon mengajukan permohonan bangkrut karena masalah likuiditas.
Dalam laporan resmi, pihak Revlon mengaku bahwa pihaknya hanya memiliki dana sebesar $575 juta untuk melunasi utang dan juga melanjutkan proses operasional.
Fish & Co.
Restoran yang satu ini memang baru banget mengumumkan berhentinya operasi mereka. Melalui laman Instagramnya, Fish & Co. menyatakan bahwa
seluruh restorannya akan berhenti beroperasi mulai tanggal 1 Januari 2023. Hal ini disebabkan karena
GF Culinary sudah tidak lagi menjadi pemegang lisensi operasi untuk
franchise restoran asal Singapura ini. Pihak
GF Culinary sendiri belum menjelaskan alasan untuk tidak memperpanjang lisensi untuk
franchise Fish & Co. Namun pada umumnya, hal tersebut disebabkan karena pembagian hasil yang sudah tidak sesuai, atau
value bisnis yang berbeda.
J.Co
Pada akhir Desember lalu, J.Co
menerima gugatan PKPU atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang oleh PT Kawan Berkarya Mandiri. Banyak pihak yang memperkirakan bahwa gugatan tersebut disebabkan karena J.Co yang mengalami penurunan profit yang signifikan di masa pandemi. Seperti yang kita ketahui, J.Co umumnya membuka gerai di mall dan pusat perbelanjaan. Sedangkan, selama pandemi, mall dan pusat perbelanjaan ditutup, sehingga membuat banyak gerai mengalami penurunan jumlah pelanggan.
Nah, dari kelima kasus di atas, bisa kita lihat bahwa salah satu kesamaan yang dialami adalah perusahaan tersebut memiliki kendala finansial. Oleh karena itu, untuk menghindari kendala serupa, sangat penting bagi Pilaris untuk
mengatur aspek finansial perusahaan kalian dengan baik.
Temukan informasi lainnya seputar keuangan dan franchise di Pilar Asia!