
Pilaris, siapa yang ingat dengan merk
handphone Nokia? Yep, perusahaan asal Finlandia tersebut sempat menjadi merk
handphone ternama di dunia, lho! Nah, pada akhir bulan Februari 2023 lalu, pihak manajemen Nokia mengumumkan bahwa perusahaan tersebut akan
mengganti logo serta model bisnisnya. Menurut CEO Nokia, Pekka Lundmark, perubahan ini dilakukan untuk berfokus mengembalikan laju pertumbuhan bisnis Nokia yang sempat anjlok. Tapi, kenapa harus mengganti model bisnis, ya? Simak perjalanan Nokia selengkapnya di sini!
Raksasa Handphone
Nokia sempat menjadi raksasa
handphone pada tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an. Hanya dalam waktu kurang dari satu dekade, Nokia berhasil menguasai pangsa pasar ponsel global hingga lebih dari 40%! Sebenarnya,
kesuksesan Nokia merupakan dampak dari manajemen yang visioner dan berani memanfaatkan teknologi inovatif perusahaan. Inovasi ini juga terjadi bersamaan dengan periode digitalisasi dan deregulasi jaringan telekomunikasi yang tersebar di seluruh Eropa. Meskipun demikian, pada pertengahan tahun 1990-an, Nokia sempat mengalami krisis karena rantai pasokan yang hampir runtuh, lho! Hal ini membuat Nokia menerapkan sistem dan proses produksi yang lebih disiplin. Dengan sistem baru tersebut, Nokia menjadi sangat efisien dan mampu meningkatkan jumlah produksi serta penjualan dengan jauh lebih cepat dibandingkan
kompetitornya. Pada masa keemasan Nokia, yaitu antara tahun 1996 dan 2000, jumlah pegawai di
Nokia Mobile Phones (NMP) meningkat 150% hingga mencapai 27.353 orang. Selain itu, pendapatan Nokia selama periode tersebut juga mengalami peningkatan hingga 503%, lho!
Kemunduran dan Kebangkrutan
Sampai tahun 2007, Nokia berhasil menjadi produsen
handphone utama di pasar global. Bahkan,
market share Nokia pada saat itu mencapai 49,4%, lho! Sayangnya,
penurunan market share mulai terjadi di tahun-tahun selanjutnya.
Market share Nokia menurun menjadi 43,7% di tahun 2008, diikuti dengan penurunan menjadi 41,4% dan 34,2% di tahun 2009 dan 2010. Bahkan, pada paruh pertama tahun 2013,
market share Nokia hanya mencapai 3% saja. Salah satu penyebab utama dari kemunduran Nokia adalah munculnya
Apple dengan produk iPhone, diikuti dengan perkembangan Android yang diadopsi oleh beberapa merk
smartphone lainnya.
Sayangnya, alih-alih ikut berinovasi seiring dengan perkembangan tren, Nokia tidak ikut mengadopsi sistem operasi Android. Pihak manajemen Nokia merasa bahwa
software handphone tidak begitu penting jika dibandingkan dengan
hardware-nya. Karena Nokia memang terbukti berhasil memproduksi
handphone dengan kualitas perangkat yang tahan lama, pihak manajemen yakin bahwa pelanggan Nokia akan tetap setia meskipun tidak menggunakan
software pintar. Namun, kondisi pasar sangat bertolak belakang. Karena mulai ditinggalkan oleh para pelanggannya, Nokia pada akhirnya menjual divisi
hardware kepada
Microsoft pada tahun 2014 dengan harga $7,2 miliar, atau sekitar Rp96,8 triliun. Kemudian, pada tahun 2016, Nokia kembali menjual lisensi merk kepada perusahaan asal Tiongkok
HMD Global.
Pergantian Model Bisnis
Pada akhir Februari 2023 lalu, Nokia secara resmi mengumumkan perubahan logo merk untuk pertama kalinya dalam 60 tahun dan juga perubahan model bisnis. CEO Nokia, Pekka Lundmark, menyatakan bahwa perubahan ini dilakukan untuk memfokuskan perusahaan dalam mengembalikan laju pertumbuhan bisnis. Lundmark juga menyatakan bahwa fokus bisnis Nokia kini bergerak dalam bidang penyedia layanan untuk perusahaan teknologi dan telekomunikasi. Adapun contoh layanan tersebut berupa jaringan 5G pribadi untuk perusahaan di sektor manufaktur. Dengan model bisnis yang baru, Nokia tidak lagi berkompetisi dalam pasar
handphone bersama dengan
Apple, Samsung, maupun merk ternama lainnya. Nokia kini bergerak menjadi perusahaan teknologi dengan
kompetitor utama Microsoft serta Amazon.
Nah, itu tadi perjalanan Nokia dari produsen
handphone ternama di dunia hingga kini beralih ke perusahaan teknologi. Dari perjalanan tersebut, Pilaris bisa belajar banyak hal, lho! Mulai dari apa saja yang
perlu dihindari agar kalian tidak mengalami kebangkrutan, maupun hal apa saja yang bisa kalian lakukan untuk
bangkit dari kebangkrutan.
Kalian bisa simak tips lainnya yang harus diperhatikan agar Pilaris bisa mengelola usaha franchise dengan baik di Pilar Asia!