
Pilaris pasti sudah tidak asing dengan
metode bisnis autopilot, kan? Yep, metode bisnis ini memungkinkan kalian mendapatkan
passive income, karena Pilaris tidak harus selalu berada di lokasi bisnis untuk menjamin bahwa bisnis kalian berjalan dengan lancar. Tapi ternyata, ada alternatif lain selain bisnis
autopilot, lho! Alternatif tersebut adalah bisnis
autonomous! Berbeda dengan bisnis
autopilot yang lebih mengutamakan proses and otomasi teknologi, bisnis
autonomous lebih mengutamakan peningkatan kapabilitan dan kualitas SDM, sehingga bisnis tetap bisa berjalan secara mandiri tanpa perlu menggunakan otomasi proses terlalu banyak. Selain dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk teknologi, bisnis
autonomous juga dinilai lebih memanusiakan tenaga manusia.
Pada umumnya, perusahaan yang menerapkan strategi bisnis
autonomous akan mendorong tim untuk tumbuh dan berkembang. Perusahaan akan melatih
seluruh anggota dalam tim agar mampu menjalankan fungsinya secara mandiri tanpa bergantung pada pemilik bisnis, direktur, manajer, maupun
supervisor. Perusahaan akan memberikan tim kesempatan untuk berkreasi dan berinovasi terkait strategi untuk memajukan bisnis. Nah, perbedaan utama antara bisnis
autonomous dengan bisnis
autopilot adalah bahwa bisnis
autonomous memandang manusia sebagai aktor utama dalam menggerakkan bisnis, bukan sebagai objek penggerak bisnis. Untuk mewujudkan hal tersebut, terdapat dua konsep yang perlu diterapkan, yaitu
self-organizing dan
self-managing.
Self-Organizing
Self-Organizing meyakini bahwa tim terdiri dari beberapa individu yang mampu mengedepankan interaksi atau hubungan relasi antar anggotanya secara natural, tanpa perlu diatur atau dikendalikan oleh pihak tertentu. Tim tersebut memiliki keleluasaan untuk mengatur dirinya sendiri, menentukan peran masing-masing anggota, menentukan bentuk interaksi yang sesuai dengan karakteristik tim, menentukan proses pembelajaran, menentukan cara penyelesaian konflik, menentukan cara penghargaan, serta menentukan bentuk tanggungjawab oleh masing-masing anggota. Agar konsep s
elf-organizing dapat berjalan dengan baik, maka
setiap anggota perlu memahami makna dan tujuan mengapa mereka berkumpul dan berinteraksi. Oleh karena itu, umumnya syarat utama agar sebuah tim mampu menjalankan
self-organizing adalah kemampuan untuk merumuskan dan menetapkan tujuan. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka secara otomatis tim tidak dapat mengatur dirinya dengan baik.
Nah, dalam merumuskan tujuan tersebut, tim harus memperhatikan apa kebutuhan dan keinginan dari para
stakeholders. Dengan demikian, tim akan mampu memetakan dan menganalisis lebih lanjut arah dan tujuan yang harus dicapai. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka setiap anggota tim harus berbagi peran dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Self-Managing
Sebagai sebuah tim yang
self-managing, maka seluruh anggota akan memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi manajerial. Hal ini penting guna mempermudah mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, fungsi
self-managing ini berfokus kepada hal-hal yang bersifat teknis sesuai dengan misi yang dimiliki oleh tim. Dalam bisnis
autonomous, fungsi-fungsi manajerial sepenuhnya menjadi tanggungjawab tim, bukan manajer. Oleh karena itu, seluruh anggota tim perlu mampu melakukan perencanaan, eksekusi dan pengawasan, serta evaluasi. Dalam perencanaan, tim yang
autonomous akan memiliki kemandirian untuk menentukan pekerjaan yang harus dilakukan. Dalam menetapkan rencana kerja, tim cenderung akan lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan.
Sedangkan, dalam melakukan eksekusi dan pengawasan, tim harus mampu bekerjasama dengan tim lain. Hal ini disebabkan karena tim tidak memiliki manajer, direktur, atau
supervisor yang akan memberikan
feedback atau pengawasan terhadap kinerja mereka. Oleh karena itu, tim harus mampu bekerja secara mandiri dan saling memberikan
feedback maupun dukungan kepada tim yang lain. Seluruh tim juga harus memiliki inisiatif dan inovasi agar tujuan bisa dicapai. Terakhir, dalam proses evaluasi, tim dapat melakukannya berdasarkan
saran dari stakeholders, maupun dari hasil analisa yang telah dilakukan secara mandiri. Dalam bisnis
autonomous, kesuksesan pada dasarnya bergantung pada beberapa hal, seperti individu, interaksi, proses,
resources, strategi, maupun dukungan pihak-pihak terkait.
Nah, itu tadi beberapa hal yang perlu kalian ketahui tentang bisnis
autonomous! Sebenarnya, bisnis
autopilot maupun
autonomous sama-sama akan memudahkan Pilaris untuk mengelola bisnis kalian. Hanya saja, bisnis
autopilot akan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk teknologi yang digunakan. Jika dana yang kalian miliki belum terlalu banyak, tidak ada salahnya mencoba menerapkan strategi bisnis
autonomous!
Selain soal bisnis autonomous, kalian juga bisa menemukan tips lainnya seputar franchise di Pilar Asia!